Sabtu, 17 September 2016

Seminar Nasional dan Workshop Aljabar 2016

https://www.usd.ac.id/seminar/kpa2016/








SENI DAN SAINS (+ TEKNOLOGI)
Pengantar Diskusi Dosen Program S3 Kajian Budaya Seni dan Masyarakat
Program Pascasarjana Universitas Sanata Dharma

Asan Damanik

Pertanyaan mendasar:  Apakah ada kaitan/interaksi seni dan sains (dan teknologi sebagai anak kandung sains)?Terkait pertanyaan tersbut stidaknya ada dua pendapat yang saling diperdebatkan
Sains dan seni dua kutub yang berlawanan, keterkaitan (coinsidence) antara keduanya hanya secara kebetulan. Seni dan sains adalah dua hal yang hanya dibedakan oleh ekspressi (representasi, tampilan) dari suatu penopang fenomena dan kesamaan keduanya sebagai pertanda terhadap eksistensi penopang fenomena itu
Menurut Sheldon Richmond [1] kedua pernyataan itu keliru karena didasarkan pada asumsi yang salah, yakni rasionalitas (rationality) yang merujuk ke cognitive dan imajinasi (imagination) yang merujuk kepada irasionalitas (irrationality).  Beberapa fakta keterkaitan seni dan sains (hubungan fungsional?):
1. Zaman Renaisans bukanlah hanya sebagai masa perkembangan peradaban Yunani, melainkan revolusi sains dan seni.  Copernicus dan Galileo memulai revolusi sains yang berpuncak pada karya Leonardo da Vinci (arsitek, musisi, pelukis, penulis, dan pematung/pemahat), Michelangelo (pelukis, pemahat, pujangga, dan arsitek) dan Rembrandt (pelukis terbesar dalam sejarah Eropa)
2. Revolusi sains dan artistik (seni) berawal dari titik yang sama (hampir bersamaan).  Penemuan optik bersamaan dengan perkembangan interpretasi gambar (image).tiga dimensi dari permukaan yang digambar oleh Brunelleschi (desainer dan arsitek) dan Durer (pengulir, pelukis, dan matematikawan) dan pembacaan bayangan (image) pada teleskop Galileo. Optik....awal perkembangan !!!!
3. Masalah fundamendal yang membuat sains mengalami revolusi hebat adalah bermula dari pertanyaan:   Dimanakah kita (manusia) dikaitkan dengan kosmologi?  Pertanyaan itu dijawab oleh Copernicus yang kemudian dilanjutkan oleh Galileo yang menyatakan bahwa kita berada di sebuah planet yang mengitari matahari.  Sebelumnya, Brunelleschi membalikkan metode Yunani dan Medieval (Metode Penyiksaan untuk mendapatkan iformasi) untuk membentuk ruang dan kanvas.  Objek dinyatakan di atas kanvas (lukisan) sesuai dengan mata (penglihatan) yang punya objek dan kanvas.
4.   Revolusi teori relativitas Einstein yang memperluas mekanika Newton dari konsep “ruang dan waktu” menjadi “ruang-waktu”.  Revolusi sains akibat teori relativitas Einstein membuka cakrawala baru berpikir dari yang konsep absolut ke konsep relatif.  Dalam sains selain logika juga memerlukan impressi (imajinasi) yang dibangun dari konsep-konsep matematika (sarana berpikir ilmiah) yang juga dijumpai dalam seni (adanya/memerlukan imajinasi dan impressi/improvisasi).  Einstein sebagai fisikawan terbesar abad-20 adalah juga pemain biola handal (seni dengan improvisasi dan imajinasi).

Dari penjelasan di atas kita dapat melihat bagaimana seni dan sains (yang diperdebatkan sebagai dua kutub yang berseberangan) mempunyai kesamaan tujuan yakni untuk menggambarkan sesuatu objek sehingga dapat dinikmati, dapat dilukiskan atau dirumuskan (gambar/lukisan atau hukum/persamaan matematis),  dan dipahami secara mendalam sehingga diperoleh gambaran utuh tentang sesuatu objek/fenomena sebagai sebuah keindahan (estetis). Paradigma representasi dalam seni dieksplorasi lebih jauh......!!!! Sekarang ada seni non-representasional (seni sebagai eksplorasi) 

Karena kedua kajian itu (seni dan sains) merupakan fokus perhatian manusia sejak dahulu kala karena terkait dengan eksistensi manusia dikaitkan dengan rasionalitas dan imajinasi dan keduanya memerlukan improvisasi sehingga dapat dikatan seorang ilmuwan sejati adalah seniman sejati juga.  Dari sejarahnya, seni dan sains (+teknologi)  berkembang sejalan (paralel) dan sering saling menopang satu sama lain.   Secara sederhana, kaitan antara seni, sains, dan teknologi dapat dilukiskan seperti pada Gambar 1.

 
Pada perkembangan berikutnya (masa kini dan masa depan) inetraksi antara sains dan seni tidak dapat dihindarkan.  Teknologi sebagai produk sains (anak kandung sains) sudah memasuki dunia seni (modern) dan bahkan mempengaruhinya.  Dunia seni modern (bahkan seni tradisonal) sudah memerlukan sentuhan sains/teknologi seperti forgrafi, rekaman suara dan gambar, digitalisasi, akustik, lighting, dan tata panggung.  Bahkan pada perkembangannya dunia seni memasuki ranah kosmologi dan astrofisika sebagai garapan seni baru yang memukau karena penuh imajinasi dan rasionalitas sehingga membawa pengalaman baru bagi pemirsanya.  Jadi, seniman memerlukan sains dan teknologi sebagai bahan kajian dan objek baru dalam menghasilkan karya seni inovatif, kreatif, dan inspiratif.

Stephen Wilson dalam bukunya Information Arts: Intersection of Arts, Science, and Technology menuliskan sebagai berikut [2]:

Ilmuwan juga pada akhirnya memerlukan seniman dalam melukiskan dan menggambarkan karya ilmuwan sehingga dapat dinikmati masyarakat secara populer lewat pertunjukan seni (karya seni) sehingga sains dan keindahannya bukanlah produk ekslusif yang hanya dapat dinikmati ilmuwan saja tetapi juga oleh masyarakat awam lewat karya seni para seniman dan para teknolog yang menghasilkan produk inovasi (teknologi) akibat perkembangan sains yang luarbiasa.

Perkuliahan Matakuliah Seni dan Teknologi bisa ditawarkan sebagai berikut atau kombinasinya: 
1. Kuliah klasikal dengan buku teks karangan Stephen Wilson dan buku teks lainnya terkait sains dan teknologi serta aplikasinya dalam seni 
2.   Jurnal-jurnal terkait sebagai bahan diskusi kelompok/tugas mandiri 
3.    Seminar  
Contoh-contoh karya/kasus-kasus interseksi seni, sains dan teknologi (yg sdh ada) 
Mengunjungi pameran untuk mengetahui kondisi real (artjog)
Core dipikirkan Tim/Dosen S3 kajian Budaya
Hasil kuliah/seminar/diskusi Seni dan Sains/Teknologi ini akan diusahakan proposal penelitian terkait interseksi seni, sains, dan teknologi dan publikasi di jurnal internasional/konferensi internasional dan lama-kelamaan akan dapat dihasilkan sebuah buku teks Interseksi seni, sains dan teknologi.

Referensi
[1] Sheldon Richmond, 1984, The interaction of art and science, Leonardo 17 (2), pp. 81-
      86
[2] Stephen Wilson, 2002, Information of Arts: Intersection of Arts, Science, and

     Technology, The MIT Press, Cambridge, Massachusetts, London, England.